Aku Memilih FLP
(Esai ini diikutkan dalam lomba esai FLP 2016)
Kenapa ingin menjadi
penulis? Mungkin berbagai pertanyaan akan muncul saat kita mengutarakan niat ingin
menjadi penulis. Terlepas dari alasan apapun, baik karena ingin terkenal, ingin
menghasilkan uang, atau sekedar menyalurkan hobi, yang namanya suatu pekerjaan
pasti ada langkah-langkah yang harus diketahui.
Menulis bukan hanya
tentang coretan tinta pena yang membekas di halaman kertas seperti yang sering
aku lakukan ketika aku SMA. Mungkin hal itu bisa kita lakukan jika kita hanya
ingin menulis di dalam binder pribadi kita dan dibaca oleh teman-teman dekat.
Berbeda halnya dengan menulis yang tulisannya berharap dilirik media agar bisa
dibaca banyak orang. Ada banyak etika yang harus kita patuhi agar tulisan kita
bisa dilirik media.
Pada tahun 2012 aku
memutuskan untuk bergabung dengan sebuah forum kepenulisan, yaitu Forum Lingkar
Pena (FLP). Sebuah forum yang muncul pada tahun 1997. Berbagai kegiatan telah
aku ikuti selama bergabung dengan FLP, seperti : mengikuti sekolah menulis,
bedah karya setiap minggu yang terkadang juga dibimbing oleh penulis yang lebih
senior - salah satunya Alizar Tanjung, acara seminar yang mendatangkan penulis
senior yang saat itu Ragdi F. Daye. Bahkan aku telah diwisuda dan telah
mendapatkan kartu anggota FLP Sumatera Barat.
Seiring berjalannya
waktu, ditambah lagi tugas kuliah dan skripsi yang minta untuk mulai digarap,
aku vakum dari FLP. Aku vakum sampai tahun 2016. Waktu yang cukup lama.
Kemudian salah satu teman mengajak kembali untuk bergabung di FLP. Aku cukup
tertarik dengan ajakan tersebut. Karena mungkin semangat menulis masih tersisa
sedikit dalam diri ini.
Ada banyak alasan
kenapa aku memutuskan kembali ke FLP. Pertama, FLP adalah forum yang tidak
memandang usia maupun latar belakang pendidikan seseorang. Asalkan orang
tersebut mau belajar dan mempunyai keinginan untuk berkembang. Anggota FLP
mulai dari anak-anak samapi orang dewasa dan bekeluarga sekalipun. Terkadang
mereka membawa anak mereka ke acara diskusi.
Kedua, FLP
memfasilitasi penulis pemula dalam belajar menulis. Hal ini terlihat dari
adanya diskusi karya (bedah karya) setiap minggu. Di sana karya setiap kita akan
dibaca kemudian dikomentari (atau dalam istilah yang saya dengar dibantai). Ini merupakan wahana yang
paling ampuh untuk mengoreksi kesalahan yang kita tidak sadari saat menulis.
Ada banyak orang yang menganggap apa yang dilakukannya sudah benar, tapi dimata
orang lain belum tentu benar. Begitu juga dengan sebuah tulisan. Dari hasil
bedah karya yang aku hadiri pertama kali saat kembali bergabung di FLP inilah
cerpen remaja pertamaku terbit di media Harian Umun Singgalang yang berjuduk Alarm Rayhan.
Foto Diskusi Pertama Saat Kembali
Lagi Ke FLP
Ketiga, saat aku
bergabung dengan dengan FLP itu berarti,
aku juga bergabung di grup media sosial FLP. Berbagai karya anggota FLP yang
terbit akan diupload di grup tersebut. Sehingga dari hal itu aku semakin
termotivasi untuk bisa berkarya seperti teman-teman FLP lainnya. kita juga bisa
berdiskusi secara Online. Memberi
motivasi satu sama lain. Info email media yang menerima karya tulis pun di update di sana. dan yang terpenting, aku
dapat pelajaran tentang etika menulis pengantar saat mengirim karya ke media.
Keempat, meski aku
orang indonesia, tapi tidak bisa dipungkiri kalau bahasa indonesiaku masih jauh
dari cukup. Penggunaan EYD yang benar kadang sering kali terabaikan. Di FLP
kita bebas menanyakan apakah kalimat yang kita buat sudah benar atau belum.
Dengan senang hati anggota yang lain, yang tahu jawabannya akan menjawab.
Kelima, FLP juga sering
mengadakan seminar, terutama seminar kepunulisan. Selain berkarya, kita juga
mendapatkan ilmu. Banyak hal posittif yang kita dapat.
Bergabung kembali di
FLP adalah pilihan yang tepat bagiku. Ada banyak hal baik yang aku dapatkan.
Mungkin manfaat yang aku uraikan di atas hanya sebagian kecil dari manfaat yang
telah dirasakan orang lain yang lebih lama bergabung di FLP. Satu hal yang aku
ingat dari senior FLP, seorang penulis itu tidak bisa sendiri, ia butuh
komunitas untuk berbagi dan berdiskusi. Dan komunitas itu aku pilih FLP.
sayang sekali saya tidak sempat bergabung dengan FLP. Terus berkarya sis. :)
ReplyDeleteMasya Allah...
ReplyDeleteSukses terus sist...
Mantap...
ReplyDeletePengen juga rasany bergabung kembali dng FLP, biar karyany jg bisa terbit di koran :D
sukses
ReplyDelete